Rabu, 11 Juli 2018

Inilah Wartawan Wanita Pertama Di Indonesia

Ini Wartawan Wanita Pertama di Indonesia
Oleh: Stella Maris
Namanya Rohana Kudus. Dia adalah wanita hebat yang menjadi pejuang kesetaraan gender bagi kaum perempuan. Dia seorang guru, wirausahawan, dan jurnalis.

Ya, Rohana adalah wartawan wanita pertama Indonesia dan pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi di berbagai surat kabar perempuan. Meski demikian, profesi yang didapatkan Rohana sebagai jurnalis, tidak seperti yang dibayangkan.

Wanita kelahiran Koto Gadang, Sumatera Barat pada 20 Desember 1884 itu hidup di zaman di mana perbedaan kehidupan laki-laki dan perempuan begitu timpang. Dari keadaan itulah perjuangan Rohana dimulai.

Semasa kecilnya, Rohana tidak pernah merasakan pendidikan formal. Dia mengenal baca-tulis dari berbagai bacaaan yang ayahnya bawa dari kantor.

Namun semangat dan keinginan kuat untuk belajar itulah yang membuat Rohana berhasil mencapai puncak kesuksesan. Dalam buku berjudul 100 Great Women: Suara Perempuan yang Menginspirasi Dunia dijelaskan, Rohana kecil banyak membaca buku dan majalah Belanda, serta menguasai berbagai keterampilan seperti menjahit, menyulam, dan merajut.

Rohana juga menguasai tiga bahasa asing lain, yaitu Arab, Latin, dan Arab Melayu. Berbekal semangat dan pengetahuan yang dimiliki, pada 11 Februari 1911, Rohana mendirikan sekolah keterampilan khusus bagi wanita di kampung halamannya, yaitu Kerajinan Amai Setia atau disingkat KAS.

Di sekolah itu, Rohana mengajarkan berbagai keterampilan untuk perempuan. Mulai dari mengelola keuangan, membaca, menulis, buki pekerti, dan mengajarkan pendidikan Islam, serta bahasa Belanda.
Rohana Jadi Topik Hangat Belanda
Rohana berhasil memajukan kaum perempuan. Hingga pada 10 Juli 1912, dia mendirikan surat kabar perempuan pertama di Sumatera Barat bernama Sunting Melayu. Gebrakannya: semua pekerjanya wanita, mulai dari pemimpin redaksi, redaktur, dan penulisnya.

Lalu di Bukittinggi, Rohana kembali mendirikan sekolah bernama Rohana School. Sepanjang hidupnya, Rohana menghabiskan waktu untuk belajar dan mengajar. Dia juga aktif menulis puisi dan artikel yang sering dimuat di surat kabar.

Banyak yang kagum atas kemampuan Rohana. Kiprah Rohana di masa itu pun menjadi topik pembicaraan di Belanda. Namun sebenanya konsep emansipasi yang selama ini ditonjolkan Rohana, bukan menuntut persamaan hak wanita dan pria. Tapi dia lebih menitikberatkan pada fungsi alamiah menutut kodratnya.

Pada 1974, Rohana meraih penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia dan dikukuhkan sebagai Perintis Pers Indonesia dari Menteri Penerangan Indonesia. Kemudian pada 2008, Pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Jasa Utama pada Rohana.

Dia menilai wanita sejatinya juga butuh ilmu pengetahuan dan keterampian, sehingga pendidikan juga diperlukan bagi mereka. Rohana Kudus wafat di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1972. (ita)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar