Selasa, 17 Juli 2018

NAGARI SUNUA

Nagari Sunua
NAN SABARIS – Kenagarian Sunua, Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman diyakini bermula dari sumua atau sumur, sebuah tempat mandi yang airnya mesti disauk untuk bisa dimandikan banyak pihak dikampung itu dulunya.
Dilaporkan, sumua tersebut terletak di kampung Tingkalak, Korong Kampuang Aua. Jejaknya hingga saat ini masih ada. Hal itulah yang dianggap tempat bermulanya Nagari Sunua.Ada cerita lisan turun-temurun mengatakan, bahwa Nagari Sunua mulanya bernama Sumua, yang artinya tempat menimba air. Tetapi, yang dimaksud sumua disini, disamping menimba air, juga sekalian menimba ilmu. Sebab, disana ada seorang ulama bernama Anduang Ijuak yang sangat terkenal, lantaran ketinggian ilmunya. Kepada Anduang Ijuak demikian banyak orang belajar ilmu agama dan ilmu dunia, alias silek.
Dikabarkan juga, silek Anduang Ijuak itu sangat terkenal jauh keseantero ranah Minangkabau ini. Sebelum seseorang belajar dengan Anduang Ijuak, terlebih dahulu membersihkan diri dengan mandi dan berwuduk di sumua yang ada di Tikalak, Korong Kampuang Aua, surau tempat Anduang Ijuak mengembangkan pengajian zahir dan bathin itu. Pada abad ke-19 hiduplah seorang ulama yang bernama Syekh Daud Sunua. Dia dikenal sebagai ulama yang membawa misi perubahan alias pemurnian ajaran Islam dari bid’ah dan terlalu bercampur dengan praktek adat-istiadat. Paham ke agamaan Syekh
Daud Sunua terkenal berseberangan dengan Ulama yang ada di Ulakan, sebagai pusat Syatthariyah. Dia mengarang sejumlah syair yang terkenal. Mulai dari syair tentang Makkah, Madinah, Rukun Haji dan syair Sunua itu sendiri.
Gerakan pemurnian Islam yang dibawa Syekh Daud Sunua, adalah imbas dari gerakkan tiga orang haji di daerah darek, Haji Miskin, Haji Sumaniak dan Haji Piobang. Atau yang lebih dikenal dengan gerakan paderi.
Syekh Daud Sunua adalah seorang ulama yang pernah tinggal di Makkah, dan merampungkan syair Sunua diperantauannya, Trumon, sebuah kerajaan kecil yang kaya dengan perdagangan lada di pantai barat Aceh. Dalam syairnya itu, yang juga disebut sebagai otobiografi-nya, Syekh Daud Sunua sempat berkeluh kesah tentang perlakuan rang kampungnya sendiri, masyarakat Sunua yang cenderung membiar kannya diratau Trumon demikian.
Pada masa perjuangan negara dalam mempertahankan kemerdekaan pada 1945-1950, di Nagari Sunua juga terkenal dengan seorang pejuang, Mahyuddin Tonek namanya. Pada masa perperangan, dia berhasil merekrut sejumlah pemuda yang ada di Sunua, Kurai Taji dan nagari sekitarnya untuk dilatih kemiliteran. Digambarkan, sangat banyak para pemuda yang pada saat itu bergabung dan ikut memberikan sumbangsihnya buat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini, dari berbagai ancaman yang terus menggerogoti. Mahyuddin Tonek dimakamkan di Sunua.
Menandakan dia seorang pejuang, diatas pusaranya ditancapkan sangsaka merah putih dengan bambu runcing.
Melihat kondisi demikian, boleh dikatakan, Sunua adalah nagarinya orang-orang hebat. Bisa dibayangkan, betapa kehebatan seorang Anduang Ijuak. Dari pergolakan ilmu agama dan ilmu dunia yang diajarkannya itulah lahirnya sebuah nagari. Begitu juga Syekh Daud Sunua, seorang ulama nyentrik dizamannya. Dimana, saat itu hanya yang lazim budaya lisan. Sementara, Syekh Daud Sunua mau tampil berbeda dari kelaziman ulama yang pada saat itu berkiblat ke Ulakan, dibawah pengaruh Tariqat
Syatthariyah. Dan terakhir, Mahyuddin Tonek yang mampu menanamkan nilai-nilai kejuangan ditengah keterbatasan masyarakat kampungnya sendiri, Sunua.
Walinagari Sunua, Basra melihat gema silek Anduang Ijuak kini nyaris hilang dari peredaran zaman. Hal itu tentu sesuai dengan perubahan dan perkembangan zaman yang selalu berubah setiap masanya.
Namun demikian, Anduang Ijuak telah mampu meletakkan pondasi dasar bagi pergolakan masyarakat itu sendiri. “Sebab orang dulu, disamping mendalami ilmu agama, juga diajarkan seni bela diri yang dikenal dengan silek demikian, guna untuk menyelamatkan diri dari berbagai ancaman,” kata dia pada Singgalang, Minggu (12/2). Sebagai pemerintahan terendah, Sunua membawahi 14 korong. Masing-masing; Korong Kampuang Kandang Koto Gadih, Kampuang Lintang,
Kabun, Pakotan, Olo, Pintir Kayu, Padang Kalam, Pasar Baru, Kampuang Jambak, Taluak Nibuang, Kampuang Aua, Kampuang Tangah, Koto Rajo dan Korong Pautan Kabau. Dua korong diantaranya, Pasar Baru dan Kampuang Jambak berada di pinggir pantai. Boleh dikatakan, korong demikian adalah korong siaga bencana.
rahmat triputra
Sumber=nagarisunur.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar