SEJARAH NAMA PANTAI GANDORIAH PARIAMAN
Pada awalnya kisah Anggun Nan Tongga dan Gondan Gandoriah dikisahkan secara lisan, dengan beberapa versi Kaba akhirnya cerita ini dibukukan. Salah satunya digubah Ambas Mahkota diterbitkan pertama kali tahun 1960 di Bukittinggi.
Singkat cerita, pada waktu dahulu di Pariaman hiduplah seorang pemuda yang bernama Anggun Nan Tongga atau bergelar Magek Durahman. Ibunya bernama Ganto Sani wafat tak lama setelah melahirkannya. Ayahnya pergi bertarak ke Gunung Ledang. Ia diasuh oleh saudara perempuan ibunya yang bernama Suto Suri. Anggun Nan Tongga tumbuh menjadi pemuda yang tampan, cerdas , pandai mengaji, mahir bersilat dan berkuda serta dalam ilmu agamanya. Dari kecil Anggun Nan Tongga sudah dijodohkan dengan Putri Gondan Gandoriah, anak mamaknya.
Pada suatu hari terdengar kabar bahwa Nangkodo Baha membuka gelanggang untuk mencarikan suami bagi adiknya, Intan Korong. Awalnya Suto suri tidak mengijinkan Anggun Nan Tongga untuk ikut serta, karena Anggun Nan Tongga sudah dijodohkan dengan Gondan Gandoriah. Tetapi akhinya suto suri pun mengalah. Digelanggang Angun Nan Tongga berhasil mengalahkan Nangkodo Baha pada setiap permainan: menyabung ayam, menembak dan bermain catur. Tak terima dengan kekalahannya, Nangkodo Baha mengejek Anggun Nan Tongga karena membiarkan ketiga mamaknya ditawan oleh bajak laut di pulau Binuang Sati. Nan Tongga bertekad untuk kembali menemukan ketiga mamaknya: Mangkudun Sati, Nangkodo Rajo dan Katik Intan. Sebelum pergi Gandoriah meminta Nan Tongga untuk membawakannya benda dan hewan langka sebanyak 120 buah.
Nan Tongga pun berangkat dengan ditemani seorang sahabatnya Bujang Selamat. Setelah berlayar cukup lama, akhirnya mereka pun sampai di pulai Binuang Sati. Akan tetapi datang utusan Palimo Bajau , Raja pulau Binuang Sati untuk mengusir Nan Tongga dari pulau Binung Sati tetapi Nan Tongga menolak. Dan pertempuran pun pecah yang dimenangkan oleh Nan Tongga. Nan Tongga berhasil menemukan salah seorang mamaknya yaitu Nangkodo Rajo. Sedangkan dua mamaknya yang lain berhasil melarikan diri. Kemudian Nan Tongga mengutus Malin Cik Ameh untuk mengabarkan bahwa mamaknya telah selamat. Ketika sampai Malin Cik Ameh terpesona oleh tunangan Nan Tongga, Gondan Gandoriah. Ia pun mengarang cerita bahwa Nan Tongga telah ditawan oleh Palimo Bajau dan mengatakan bahwa Nan Tongga meminta ia untuk menjadi pemimpin dikampungnya.
Sementara di Koto Tanau, Nan Tongga menemukan mamaknya yang lain menjadi Raja disitu. Putri mamaknya memiliki seekor burung nuri yang pandai bicara. Nan Tongga mencoba memintanya, akan tetapi putri mamaknya mengisyaratkan bahwa Nan Tongga harus menikahi dirinya dahulu. Tak dapat menemukan cara lain akhirnya Nan Tongga menikahi putri mamaknya tersebut. Burung nuri tersebut lepas dari sangkarnya dan terbang ke Pariaman untuk menemui Gandoriah memberi tahu bahwa Nan Tongga sudah menikah.
Akhirnya Nan Tongga tidak dapat menahan rindu akan kampung halaman dan tunangannya, Gandoriah. Ia meninggalkan istrinya yang sedang hamil. Mendengar kabar bahwa Nan Tongga sudah pulang, Gandoriah lari ke Gunung Ledang. Nan Tongga kemudian mengejar dan membujuknya untuk pulang, Gandoriah akhirnya luluh hatinya dan kembali bersama Nan Tongga. Ketika hendak menikah Nan Tongga mencari Tuanku Haji Mudo untuk meminta restu. Namun Tuanku Haji Mudo mengatakan bahwa Nan Tongga dan Gandoriah adalah saudara sepersusuan, karena Nan Tongga pernah menyusu pada ibunya Gandoriah. Dalam Islam berarti Nan Tongga dan Gandoriah tidak boleh menikah. Karena belum juga pulang keluarga mengutus orang untuk mencari Nan Tongga dan Gandoriah. Tetapi mereka hanya menemukan Bujang Selamat yang berkata bahwa Nan Tongga, Gandoriah dan Tuanku Haji Mudo telah naik kelangit.
Menurut Bapak Murad Masri, kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Padang Pariaman periode 1983-1995, awalnya ada tiga opsi penamaan pantai Gandoriah sekarang ini yaitu, Pantai Piaman Indah, Pantai Angso Duo, dan Gandoriah. Dari ketiga opsi tersebut nama Gandoriah lah yang dipilih dan diresmikan sebagai nama pantai pada masa pemerintahan Bupati Zainal Bakar 1990-1994. Sebelum adanya nama “Pantai Gandoriah” telah dahulu berdiri Hotel Nan Tongga pada tahun 1987. Jadi, penamaan “Gandoriah” pada pantai ini bukanlah sesuatu yang asal akan tetapi melalui pertimbangan, dimana berdekatan dengan pantai yang telah dahulu berdiri Hotel Nan Tongga. Nama Nan Tongga sendiri diambil dari tokoh dari Kaba Minangkabau seperti yang telah diceritakan diatas. Nah, agar semakin menarik diberilah nama pantai tersebut “Gandoriah”.
Sumber=ramadhanasikumbang.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar