Mande Rubiah "Tokoh Wanita Minangkabau yang Terlupakan"
Tidak banyak yang kenal dengan sosok wanita yang satu ini. Mande Rubiah yang bermanakan Rakinah, dalam sejarah masih ada hubungannya dengan Kerajaan Pagaruyuang. Dalam sejarah diceritakan bahwa Mande Rubiah merupakan keturunan Bundo Kanduang Pagaruyuang yang menyelamatkan diri sewaktu terjadinya penyerangan. Ia pergi menyelamatkan dirinya ke Nagari Lunang Silaut, Pesisir Selatan bersama anak dan menantunya.
Masih banyak ketidak jelasan hubungan antara Mande Rubiah dengan Pagaruyuang di Batusangkar. Kenapa seorang bundo kanduang Pagaruyuang sampai ke Lunang? Hubungan kerajaan Inderapura dengan Made Rubiah? Semua cerita itu masih banyak pertanyaan yang belum bisa dijawab. Bahkan sampai sekarang pemerintahan Sumatera Barat sendiri masih menggali dan mancari informasi dan bukti-bukti sejarah lainnya untuk menjawab teka-teki ini.
Bukti tentang Mande Rubiah tersimpan rapi dalam rumah Made Rubiah yang sekarang telah dijadikan museum oleh pemerintah. Berapa peninggalan seperti benda pusaka sampai senjata perang masih dapat ditemukan di rumah ini. Selain itu, disekitar rumah Mande Rubiah ditemukan beberapa kuburan tua yang konon kabarnya merupakan makam dari Bundo Kanduang dan anaknya Dang Tuangku beserta istrinya Puti Bungsu. Tidak hanya itu, juga terdapat sebuah makam yang juga dipercaya oleh masayarakat septempat sebagai makam "Cindua Mato" yang terkenal melegenda sebagai alhi siasat perang di minang.
Kajian sejarah dan tambo menyatakan Aditiawarman dan anaknya Ananggarawarman yang berada di Pagaruyuang masih beragama Budha memerintah tahun 1339-1376. Dilanjutkan Sultan Bakilap Alam sampai pada Sutan Usman selaku Kepala Kaum Keluarga Raja Pagaruyuang tahun 1964. Sementara itu menurut keterangan yang disampaikan oleh Barkat (keturunan Mande Rubiah sekarang), keluarga Mande Rubiah masih hutungan tujuh keturunan di Lunang. Jika diperkirakan satu keturunan berumur 50 tahun, maka perhitungan baru sampai tahun 1600an. Hal ini, berarti masih ada hal yang belum ditemukan.
Penemuah sejarah tentang Mande Rubiah ini terbilang baru. Oleh karena itu, masih banyaknya cerita yang masih simpang siur. Rumah Gadang Mande Rubiah baru ditemukan sekitar tahun 1960an, ini dikarenakan adanya pembukaan jalan lintas Sumatera Barat - Bengkulu dan adanya pembukaan daerah untuk Transmigrasi ke daerah Lunang.
Seperti yang di ceritakan sebelumnya, Mande Rubiah adalah salah satu dari Bundo Kanduang dari Kerajaan Pagaruyuang. Siapa Mande Rubiah dan mangapai sampai di Lunang Silaut, kabupaten Pesisir Selatan, masih menjadi tanda tanya besar.
Mande Rubiah dan Bundo Kanduang merupakan orang yang sama. Bundo Kanduang Sang Raja Perempuan dari kerajaan Pagaruyuang dulunya, ketika di Lunang masayakat setempat lebih mengenalnya dengan Mande Rubiah. Bundo Kanduang diangap sebagai guru dan pendekar silat yang Agung. Beliau juga dikenal dengan kesatria pendekar Minangkabau. Ketika terjadipegolakan di Pagaruyuang Bundo Kanduang menyelamatkan diri dan pergi ke Lunang Silaut tempat pangasingan Cindua Mato.
Dari informasi yang didapat, Mande rubiah adalah Raja Minangkabau (Bundo Kanduang) yang bernama Putri Selasih Pinang Masak, anak Sulung dari Adityawarman dengan Putri Jamilan yang disaat itu (akhir abad ke XV) telah memerintah sebagai Raja di Pagaruyung, yang naik tahta menggantikan ayahnya (Adityawarman) untuk menghadapi kemelut dengan Tiang Bungkuk penguasa negeri Sungai Ngiyang. Putri dari Rajo Mudo (Adik Bundo Kanduang) bernama Puti Bungsu yang telah menjadi tunangan Dang Tungku (Putra Bundo Kandung akan dinikahkan dengan putra Tiang Bungkuk bernama Rangkayo Imbang Jayo.
Di malam rencana pernikahan Puti Bungsu, Cindua Mato datang dengan tujuan membawa Puti Bungsu ke Pagaruyuang. Karena malu dan marah Rangkayo Imbang Jayo berniat untuk membunuh Cindua Mato. Pernyataan ini sampai ke pihak Pagaruyuang. Setelah makukan musyawarah akhirnya Cindua Mato diasingkan ke Negeri Pagar Dewa yang terkenal dengan keramatnya. Negeri ini dipimpin masih karebat dari Bundo Kanduang. Negeri Pagar Dewa sekarang lebih di kenal dengan Lunang.
Setelah kepergian Cindua Mato mato dimanfaatkan Rangkayo Imbang Jayo untuk menyerang Pagaruyuang. Serangan itu dilawan oleh masyarakat Pagaruyung dan dipimpin oleh Basa Ampek Balai (berjumlah empat orang) dan Rajo Duo Selo (dua orang rajo adat dan Ibadat). Dalam pertempuran, Rangkayo Imbang Jayo mati terbunuh oleh Rajo Duo Selo bersama pasukannya. Sisa pasukan yang masih hidup pulang ke negeri Sungai Ngiyang dan memberikan dan memberikan berita atas kematian Rangkayo Imbang Jayo. Tiang Bungkuk sebagai ayah Rangkayo Imbang Jayo marah besar dan bejanji akan membalas perlakuan Istana Pagaruyung dan mengeluarkan pernyataan untuk hanguskan Pagaruyung. Mendengar berita itu, Bundo Kandung berusaha menyelamatkan diri bersama keluarganya ke negeri Pagar Dewa yang sekarang lebih di kenal dengan Lunang Silaut.
Diana DWS
Sumber: www.sumbarprov.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar