Selasa, 17 Juli 2018

MUARO TIKU

Muaro Tiku
Tiku Pariaman adalah satu dalam konteks budaya, namun terpisah karena kepentingan administrasi dan birokrasi.Tiku di “hadiah”kan kepada Kabupaten Agam sehingga Agam yang tadinya identik dengan pegunungan dapat bangga karena memiliki kota pelabutah cantik ini), sangat menyesalkan kurangnya perhatian Pemda agam terhadap pembinaan objek-objek wisata di Tiku. Berbeda sekali dengan objek wisata di kabupaten Agam yang kebetulan berada di daerah perbukitan, seperti Danau Maninjau, dan daerah sekitar Bukittinggi. Tiku seperti hadiah berharga yang tersia-siakan. Kadang saya berandai-andai, kalau memang begitu keadaannya, sebaiknya Tiku kembali saja ke Pangkuan Pariaman dan bergabung dengan kota Pariaman, menjadi Kota Tiku Pariaman sebagaimana masa kejayaan abad 15 dahulu..;).

Disamping alam dan pantainya, Tiku juga kaya akan kuliner dan sejarah. Tiku adalah Nagari Tua dan Kuno, umurnya bahkan lebih tua dari Padang, Bengkulu bahkan Batavia. Pada era pra-Pagaruyung, Tiku sudah dikenal jauh oleh pedangan Arab, Gujarat dan Mesir, bersama-sama dengan Pariaman dan Barus. Pada era Pagaruyung, Tiku menjadi pintu gerbang Alam Minangkabau dan juga tersebut sebagai kota perlawanan terhadap Rajo Sipatokah (Pelaut Portugis) yang ingin menguasai Tiku. Meskipun sisa-sisa kejayaan itu tidak Nampak lagi, namun Tiku sangat-sangat layak menjadi salah satu Primadona wisata diSumbar dan Nasional.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar