Rabu, 11 Juli 2018

Salah Satu Wali Songo Adalah Orang Minang

Salah Satu Wali Songo Adalah Orang Minang

Beberapa orang Walisongo diyakini mempunyai garis keturunan Minangkabau. Kabar mengejutkan ini muncul setelah memperhatikan silsilah keturunan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Ma’shum di Lasem Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Hal itu disampaikan keturunan kelima dari Imam Bonjol, Hari Ichlas Majolelo Sati seusai pertemuan dengan tokoh Sumbar, Azwar Anas di Jakarta beberapa waktu lalu. Menurutnya, dari silsilah tersebut terlihat jelas bahwa beberapa orang para Walisongo mempunyai keturunan Minangkabau.

“Tidak disangsikan lagi memang berasal dari Minangkabau. Salah satu bukti konkretnya ada makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Kumpulan Bonjol Pasaman, dan ada penemun titik sejarah Sultan Mahmud di Lasem ini merupakan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya di Sanrobone, Sulawesi Selatan. Ini untuk melengkapi sejarah yang kosong 200 tahun di Sumbar,” ujar Hari.

Dijelaskan Hari, para Walisongo yang diyakini mempunyai keturunan Minangkabau itu Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik sampai Sunan Giri. Itu menurut silsilah yang ada di keturunan salah satu pen­diri NU, yang mempunyai peran besar dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Jika ini benar, masyarakat Minang harus berbangga dengan peran raja-raja Minangkabau yang mempunyai peranan penting dalam penyebaran agama Islam ke hampir seluruh pulau Jawa.

Pernyataan Hari dibenarkan cucu KH Ma’shum, yakni Muhammad Zaim bin Ahmad. Menurut Zaim yang bisa dipanggil Gus Zaim, kakeknya merupakan keturanan dari Sultan Mahmud atau yang biasa dikenal masyara­kat Lasem dengan sebutan sultan Minangkabaui.

“Secara turun temurun masyarakat di Lasem mengakui Sultan Minangkabaui berasal dari Minangkabau. Sultan Mahmud singgah di Lasem, dan menjadi murid dari Sunan Bonang,” ujar Zaim.

Dalam silsilah yang disalin Zaim, juga tertulis keterkaitan antara Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gersik dengan Sultan Mahmud atau Sultan Minangkabaui.

Dijelaskan Zaim, dalam babat Lasem berkembang di tengah masyarakat Lasem, Sultan Mahmud berada di Lasem karena kapalnya terbelah saat akan berlayar ke kawasan timur untuk pergi belajar. Saat tidak ada satu pun yang tersisa dari kapalnya, Sultan Mahmud yang terdampar ke darat bertemu dengan Sunan Bo­nang dan menemukan kitab miliknya sudah di tangan Sunan Bonang.

“Ada beberapa versi yang menyebutkan alasan kenapa Sultan Mahmud Al Minangkabaui menjadi murid Sunan Bonang. Ada yang menyebutkan karena Sunan Bonang yang menemukan kitab, dan ada yang me­nyebutkan kalau Sunan Bonang berhasil menjawab pertanyaan Sultan Minangkabaui terhadap isi kitab tersebut,” lanjutnya.

Ia juga menyebutkan, didekat makam Sultan Minangkabaui ada makam lagi, dan itu dipercaya menjadi makamnya istri Sultan Minangkabaui. Gus Zaim juga mengaku sangat tersanjung jika memang babat La­sem tentang keterikatannya dengan Minangkabau terbukti. Apalagi salah satu keturunan Sultan Mahmud yakni Imam Bonjol merupakan penyebar agama Islam yang terpandang hingga Indonesia Timur.

“Jika diurut, saya menjadi keturunan kesembilan dari Sultan Mahmud. Saya ingin sekali mencari kebenaran dari cerita ini,” tuturnya.

Pengakuan Gus Zaim diamini peneliti LIPI, Erwiza Erman. Menurutnya, mesti masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam tentang kesamaan sultan Mahmud dengan Dato’ Mahkota Alam. Namun bila diurut berdasarkan tempat-tempat yang disinggahi, yakni jalur perdagangan menuju timur itu mungkin saja terjadi, apalagi di beberapa tempat tersebut ditemukan jejak Sultan Mahmud.

“Lasem ada pelabuhan dagang tua di Jawa, hampir semua pedagang singgah di wilayah tersebut. Pedagang melalui daerah itu untuk menghindari pelabuhan Batavia yang saat itu dimonopoli portugis,” ujar Erwiza.

Dijelaskan Erwiza, untuk memastikan apakah Sultan Mahmud itu benar yang berasal dari Minangkabau, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Namun jika dilihat dari makam Sultan Mahmud yang be­rada di atas bukit, ini menunjukkan Sultan Mahmud tersebut merupakan orang penting.

“Kalau di Lasem, makam yang ada di atas merupakan di atas bukit merupakan orang penting. Masyarakat menyakini makam yang sebelah makam Sultan Minangkabaui merupakan makam Siti Aisyah yang dijemput sang patih,” jelasnya.

Saat ini, Erwiza masih mengumpulkan data tidak saja dari perpustakaan nasional, tapi juga mencari dari arsip di luar negeri, tentang kisah perjalanan raja Minangkabau di abad 16 sulit ditemui catatan perjalanannya.

Sementara itu, tokoh Sumbar, Azwar Anas menyampaikan arahannya terkait penelitian tersebut. Ia mendorong Hari Ikhlas bersama peneliti LIPI untuk menemukan rangkaian sejarah Minang tersebut. (ope/padek/rpg)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar